Powered By Blogger

Jumat, 31 Desember 2010

PLENO

MAKALAH PLENO
SISTEM KARDIOVARKULAR
TENTANG:
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TROMBOFLEBITIS










DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
SEMESTER IIIA

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN IBU JAMBI
TA. 2009/2010
PLENO
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TROMBOFLEBITIS

KELOMPOK III

1.     Marlina Wati
2.     Melisa Pusvasari
3.     Miranda
4.     Neni
5.     Nurdianto
6.     Nurhasanah P
7.     Nuliana Safitri
8.     Nurmi Astuti
9.     Olivia
10. Rezita Dwi Utari
11. Ria Pertiwi
12. Ria Rahayu
13. Richa Novita Sari
14. Rika Purnama Sari
15. Sri Rahayu




KOORDINATOR BLOK KARDIOVASKULAR:
Ns. Rasyidah, S.kep





KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menulis dan menyelesaikan makalah pleno tentang “Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit Tromboflebitis” sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Tim Dosen Penanggung Jawab Blok Kardiovaskular.
Makalah Pleno ini dapat kami sajikan berkat kerjasama yang baik dari rekan-rekan sekelompok dan juga semua tim yang tergabung dalam Blok Kardiovaskular yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta masukan pada kegiatan tutorial serta dukungan dari semua pihak yang merupakan sumber referensi tersusunnya makalah pleno ini.
Kami selaku kelompok III (tiga) mengharapkan agar makalah ini dapat diselesaikan dengan hasil yang memuaskan dan ditempuh dengan daya upaya semaksimal mungkin. Namun tidak mustahil masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari segi penulisan, penyajian, maupun penyampaian. Oleh karena itu, kritik dan saran serta komentar yang bersifat membangun yang di sertai dengan arahan dan bimbingan sangat kami harapkan sebagai bahan masukan dan evaluasi demi kesempurnaan pembuatan makalah di masa yang akan datang.
Demikianlah makalah pleno ini kami susun semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Amin.




Jambi,              Oktober 2010


Kelompok III  


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang ……………………………………………………………. 1
B.     Rumusan Masalah ………………………………………………………….3
C.     Tujuan
1. Tujuan Umum ………………………………………………………….. 3
2. Tujuan Khusus …………………………………………………………. 3
D.     Manfaat
1. Manfaat Bagi Mahasiswa ……………………………………………….4
2. Manfaat Bagi Akademik ………………………………………………. .4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.     Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskular …………………………….5
B.     Sirkulasi Alirn Darah Jantung ……………………………………………...9
C.     Definisi Tromboflebitis ……………………………………………………13
D.     Klasifikasi …………………………………………………………………15
E.      Etiologi …………………………………………………………………….16
F.      Patifisiologi ………………………………………………………………...17
G.     Manifestasi Klinis ………………………………………………………….19
H.     Komplikasi …………………………………………………………………21
I.        Penatalaksanaan Medis …………………………………………………… 21
J.       Asuhan Keperawatan Teoritis ……………………………………………...23
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.     Kasus Pemicu Penyakit Tromboflebitis ……………………………………37
B.     Asuhan Keperawatan
1.  Pengkajian
a.       Identitas Klien ………………………………………………………37
b.      Tanggal Masuk Rumah Sakit ……………………………………….37
c.       Alasan Masuk Rumah Sakit ………………………………………...37
d.      Riwayat Kesehatan Saat ini …………………………………………37
e.       Pemeriksaan Penunjang ……………………………………………..37
2.    Analisa Data ……………………………………………………………..38
3.      Diagnosa Keparawatan ………………………………………………….40
4.      Rencana Asuhan Keparawatan ………………………………………….41
5.      Implementasi Asuhan Keperawatan …………………………………….49
6.      Evaluasi Asuhan Keperawatan ………………………………………….52

BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan …………………………………………………………………56
B.    Kritik dan Saran …………………………………………………………….57

DAFTARPUSTAKA………………………………………………………………….58



 BAB I
PENDAHULUAN


  1. LATAR BELAKANG

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu keluarga masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencangkup seluruh siklus kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan serta pemeliharaan kesehatan khususnya pada klien dengan penyakit Tromboflebitis.
Tromboflebitis adalah peradangan dan pembekuan dalam pembuluh darah. Tromboflebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena dekat dengan kulit. Mungkin juga ada infeksi pada pembuluh darah. Tromboflebitis biasanya terdapat di vena kaki atau lengan. Dengan hati-hati, masalah ini harus diselesaikan sampai dalam waktu 2 sampai 3 minggu. Tromboflebitis paling sering mempengaruhi vena superficial di kaki, tetapi dapat juga mempengaruhi vena superfisial di paha. Sering kali, tromboflebitis terjadi pada orang dengan varises, namun kebanyakan orang dengan varises tidak mengembangkan tromboflebitis.
Tromboflebitis melibatkan reaksi inflamasi akut yang menyebabkan trombus untuk tetap pada dinding pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan trombus hilang. Tidak seperti dalam vena, vena superfisial tidak memiliki otot-otot sekitarnya untuk menekan dan mengusir trombus. Karena ini, tromboflebitis superfisialis jarang menyebabkan emboli. Tromboflebitis yang berulang kali terjadi di vena yang normal disebut bermigrasi radang pembuluh darah atau migrasi tromboflebitis. Ini mungkin menunjukkan kelainan yang mendasari serius, seperti kanker dari organ internal.

Tromboflebitis dapat disebabkan oleh infeksi atau cedera vena. Penyebab lainnya mungkin tidak bergerak cukup cepat setelah pembedahan atau beristirahat di tempat tidur untuk waktu yang lama, mungkin mengenakan gips, merokok, minum pil KB, obat-obatan mungkin melukai dinding pembuluh darah dan menyebabkan tromboflebitis. Penyebab lainnya mungkin varises, kehamilan, atau iritasi dari infus di pembuluh darah menggunakan intravena (IV) line, atau setelah trauma pada vena. Ini melibatkan respons peradangan berhubungan dengan gumpalan di pembuluhdarah.
Resiko yang menyebabkan kecenderungan peningkatan pembekuan darah, infeksi, atau saat terakhir kehamilan, varises, dan kimia atau iritasi lainnya dari daerah. Berkepanjangan duduk, berdiri, atau imobilisasi meningkatkan risiko. Dangkal tromboflebitis mungkin kadang-kadang dikaitkan dengan kanker perut (seperti karsinoma pankreas), deep vein thrombosis, thromboangiitis obliterans, dan (jarang) dengan embolus paru.
Sakit dan pembengkakan lokal berkembang dengan cepat, kulit di atas vena menjadi merah, dan hangat dan sangat keras. Karena darah di vena yang beku, pembuluh darah terasa seperti tali yang keras di bawah kulit, tidak lembut seperti normal atau varises vena. Paling sering, tromboflebitis berkurang dengan sendirinya. Dengan analgesik, seperti aspirin atau yang lain non-steroid anti-inflamasi (NSAID), biasanya membantu mengurangi rasa sakit. Meskipun umumnya peradangan reda dalam hitungan hari, beberapa minggu dapat dilalui sebelum gumpalan dan kelembutan mereda sepenuhnya. Untuk memberikan bantuan awal, dokter mungkin menyuntikkan bius lokal, menghilangkan trombus, dan kemudian diperban kompresi, dipakai selama beberapa hari.
(http://hafifahparwaningtyas.blogspot.com/2010/09/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.html).
Berpijak dari kenyataan inilah maka kami selaku kelompok III (tiga) berusaha untuk membahas kasus mengenai penyakit Tromboplebitis ini untuk dipersentasikan kemudiannya selain juga karena tugas dan tanggung jawab kami yang telah diemban oleh coordinator blok sistem Kardiovaskular kepada kami.



  1. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari kenyataan yang telah di utarakan diatas, maka rumusan masalah yang penulis buat adalah sebagai berikut:
1.      Anatomi dan Fisiologi dari system Kardiovaskukar.
2.      Sirkulasi aliran darah jantung.
3.      Definisi dari penyakit Tromboflebitis.
4.      Yang menyebabkan terjadinya penyakit Tromboflebitis.
5.      Patifisiologi terjadinya penyakit Tromboflebitis.
6.      Tanda dan gejala dari penyakit Tromboflebitis.
7.      Klasifikasi dari penyakit Tromboflebitis.
8.      Penatalaksanaan medis dari penyakit Tromboflebitis.
9.      Pemeriksaan penunjang yang dilakukan perhadap penderita penyakit Tromboflebitis.
10.  Komplikasi yang mungkin muncul sebagai akibat dari penyakit Tromboflebitis.
11.  Asuhan Keperawatan (Analisa Data, Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi) terhadap pasien dengan penyakit Tromboflebitis.

C. TUJUAN
  1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pada pasien dengna penyakit Tromboflebilitis.

  1. Tujuan Khusus
    1. Mahasiswa mampu memahami pengkajian dalam Asuhan Keperawatan dengan penyakit Tromboflebilitis.
    2. Mahasiswa mampu mengelompokkan data sesuai dengan tanda dan gejala pada penyakit Tromboflebilitis.
    3. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dalam Asuhan Keperawatan dengan penyakit Tromboflebilitis.
    4. Mahasiswa mampu membuat perencanaan dalam Asuhan Keperawatan dengan penyakit Tromboflebilitis.
    5. Mahasiswa mampu melakukan intervensi/ tindakan keperawatan alam rangka penerapan Asuhan Keperawatan dengan penyakit Tromboflebilitis.
    6. Mahasiswa mampu mengevaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dalam Asuhan Keperawatan dengan penyakit Tromboflebilitis.


D. MANFAAT
1.      Manfaat bagi Mahasiswa
a.       Mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang konsep penyakit Tromboflebilitis.
b.      Mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang Asuhan Keperawatan pada penyakit Tromboflebilitis.

2.      Manfaat bagi Akademik
a.       Akademik mendapatkan tambahan referensi untuk melengkapi bahan pembelajaran.
b.      Akademik mendapatkan dorongan untuk memotivasi mahasiswa tentang penyakit Tromboflebilitis melalui proses belajar dan praktik lapangan.






BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi sistem Kardiovaskular (jantung)


Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa, karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya seperti otot serat lintang, tetapi cara kerja nya seperti otot polos yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis cordis. Disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis.


a.      Letak Jantung
Posisi jantung terletak diantara kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.

b.      Ukuran Jantung
Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah.

c.       Lapisan-Lapisan Jantung
Lapisan-lapisan jantung terdiri dari tiga bagian yaitu sebagai berikut :
a. Epicardium
Epicardium adalah lapisan paling luar dari jantung, pada epicardium terdapat pericardium. Pericardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput yang membungkus jantung dimana teridiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardii berisi 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara pericardium dan epicardium.
Pericardium terdiri dari dua lapisan yaitu :
- Perikardium parietalis : lapisan luar melekat pada tulang dada dan paru
- Perikardium viseralis :lapisan permukaan jantung yang bertemu dipangkal jantung membentuk kantung jantung.
Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena itu membutuhkan makanan yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang terpenting dan memberikan darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri coronaria.
b. Miocardium
Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot jantung, otot-otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot yaitu :
- Bundalan otot atria, yang terdapat dibagian kiri atau kanan dan basis cordis yang membentuk serambi atau aurikula cordis
- Bundalan otot ventrikuler, yang membentuk bilik jantung yang dimulai dari cincin atrio ventrikuler sampai di apek jantung.
- Bundalan otot atrio ventrikuler, yang merupakan dinding pemisah antara serambi dan bilik jantung.
c. Endocardium
Endocardium merupakan lapisan terakhir atau lapisan paling dalam pada jantung. Endocardium terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi permukaan rongga jantung.

d.      Ruang-Ruang Pada Jantung
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 berdinding tipis disebut atrium(serambi) dan 2 berdinding tebal disebut ventrikel (bilik)
1. Atrium
a) Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan melalui katub dan selanjutnya ke paru.
b) Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katub dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.
Kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.
2. Ventrikel
Merupakan alur alur otot yang disebut trabekula. Alur yang menonjol disebut muskulus papilaris, ujungnya dihubungkan dengan tepi daun katub atrioventrikuler oleh serat yang disebut korda tendinae.
a. Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis
b. Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan keseluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.

e.      Katup – Katup Pada Jantung
Katup atrioventrikuler
Katup antrioventrikuler terletak antara atrium dan ventrikel. Katup yang terletak diantara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah daun katup ( trikuspidalis). Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup (Mitral atau bikuspidalis). Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel dan memungkinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel pada fase diastole dan mencegah aliran balik pada fase sistolik.
Katup Semilunar
a.
Katup Pulmonal terletak pada arteri pulmonalis dan memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan.
b. Katup Aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Kedua katup ini mempunyai bentuk yang sama terdiri dari 3 buah daun katup yang simetris. Danya katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri selama sistole dan mencegah aliran balik pada waktu diastole. Pembukaan katup terjadi pada waktu masing-masing ventrikel berkontraksi, dimana tekanan ventrikel lebih tinggi dari tekanan didalam pembuluh darah arteri.


B. Sirkulasi Aliran Darah Jantung
Darah adalah cairan berwarna merah yang terdapat di dalam pembuluh darah. Warna merah tersebut tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah karena pengaruh zat kandungannya, terutama kadar oksigen dan karbondioksida. Apabila kadar oksigen tinggi maka warna daranya menjadi merah muda, tetapi bila kadar karbondioksidanya tinggi maka warna darahnya menjadi merah tua. Volume darah pada manusia adalah 8% berat badannya.

Susunan darah
Darah manusia terdiri dari dua komponen utama, yaitu sel-sel darah dan plasma darah (cairan darah). Tiap-tiap komponen darah terdiri atas berbagai komponen, yaitu:

1) sel-sel darah
Sel-sel darah merupakan bagian terbesar dari darah, yaitu sekitar 40 – 50 %. Sel sel darah terdiri atas tiga macam, yaitu:

a) sel darah merah (eritrosit)
Ciri-cirinya:
(1) berukuran 7,5-7,7 μm
(2) bentuknya bikonkaf
(3) tidak berinti
(4) tidak dapat bergerak bebas
(5) tidak dapat menembus dinding kapiler
(6) berwarna merah kekuning-kuningan
Pembentukan sel darah merah terjadi pada endotelium sumsum tulang. Sel darah merah berfungsi mentranspor oksigen dan bersifat tetap di dalam pembuluh darah.

b) sel darah putih (leukosit)
Ciri-cirinya:
(1) berukuran 10-12 μm
(2) mempunyai bentuk sangat bervariasi
(3) selnya mempunyai nukleus (inti sel)
(4) bergerak bebas secara ameboid
(5) menembus dinding kapiler yang disebut diapedesis
Sel darah putih dibuat di sumsum tulang merah, limpa, kelenjar limpa, dan jaringan retikulo-indotel. Leukosit mempunyai fungsi utama untuk melawan kuman yang masuk kedalam tubuh, yaitu dengan cara memakannya yang disebut fagositosis. Jumlah leukosit dapat naik turun tergantung dari ada tidaknya infeksi kuman-kuman tertentu. Leukosit dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu granulosit bila plasmanya bergranuler dan agranulosit bila plasmanya tidak bergranuler.

Leukosit granulosit dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
(1) Netrofil: bersifat fagosit, plasmanya bersifat netral, bentuk intinya bermacam-macam seperti batang, berinti banyak, berinti bengkok, dan lain-lain.
(2) Basofil: plasmanya bersifat basah, berbintik-bintik kebiruan, dan bersifat fagosit.
(3) Eusinofil: bersifat fagosit, plasmanya bersifat asam, berbintikbintik kemerahan yang jumlahnya akan meningkat bila terjadi infeksi.

Leukosit agranulosit dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
(1) Monosit: selnya berinti satu, besar berbentuk bulat panjang, bisa bergerak cepat, dan bersifat fagosit
(2) Limfosit: berinti satu, selnya tidak dapat bergerak bebas, ukurannya ada yang sebesar eritrosit. Sel ini berperan besar dalam pembentukan zat kebal (antibodi).


c) sel darah pembeku (trombosit)
Ciri-cirinya:
(1) berukuran lebih kecil (2-4μm) dari eritrosit dan leukosit
(2) Sel darah pembeku tidak berinti
(3) bentuknya tidak teratur
(4) bila tersentuh benda yang permukaannya kasar mudah pecah
Sel ini dibentuk di dalam megakariosit sumsum merah tulang. Trombosit sangat penting bagi proses pembekuan darah. Pembekuan darah merupakan rangkaian proses yang terjadi pada jaringan tubuh, plasma darah, dan trombosit.

Plasma darah
Plasma darah terdiri dari air yang didalamnya terlarut berbagai macam zat, baik zat organik maupun zat anorganik dan zat yang berguna maupun zat sisa yang tidak berguna sehingga jumlahnya lebih kurang 7-10%. Zat yang terlarut dalam plasma darah dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu:
a) zat makanan dan mineral, seperti glukosa, asam amino, asam lemak, kolesterol, serta garam-garam mineral.
b) zat-zat yang diproduksi sel, seperti enzim, hormon, dan antibodi.
c) protein darah, yang tersusun atas beberapa asam amino, yaitu:
(1) albumin, yang sangat penting untuk menjaga tekanan osmotic darah
(2) fibrinogen, sangat penting untuk proses pembekuan darah
(3) globulin, untuk membentuk gemaglobulin, yaitu komponen zat kebal yang sangat penting.
d) zat-zat metabolisme, seperti urea, asam urat, dan zat-zat sisa lainnya.
e) gas-gas pernapasan yang larut dalam plasma, seperti O2, CO2, dan N2

Fungsi darah
Darah merupakan jaringan penyokong istimewa yang mempunyai banyak fungsi, yaitu:
1) mengangkut oksigen dan karbondioksida dari alat pernapasan ke jaringan-jaringan ke seluruh tubuh
2) mengangkut sari-sari makanan ke seluruh tubuh
3) mengangkut sisa-sisa metabolisme ke alat ekskresi
4) mengedarkan hormon dari kelenjar hormon ke tempat yang membutuhkan

Alat Peredaran Darah
Alat peredaran darah terdiri dari:
a. Pembuluh darah
Terdapat tiga macam pembuluh darah, yaitu:
1) pembuluh nadi atau arteri, yaitu pembuluh yang mengangkut darah dari jantung ke seluruh tubuh. Pembuluh ini dibedakan menjadi aorta, arteri, dan arteriole. Aorta adalah pembuluh darah yang langsung berhubungan dengan jantung. Arteri adalah cabang dari aorta, sedangkan arteriol adalah pembuluh nadi yang berhubungan dengan kapiler.
2) Pembuluh balik atau vena, yaitu pembuluh yang mengangkut darah dari seluruh organ tubuh menuju ke jantung. Vena dibedakan menjadi venule, vena, dan vena cava. Venule adalah pembuluh balik yang berhubungan dengan kapiler. Vena menerima darah dari venule, sedangkan vena cava adalah pembuluh balik besar yang langsung berhubungan dengan jantung.
3) Pembuluh kapiler, yaitu pembuluh halus yang menghubungkan arteriole dengan venule. Kapiler merupakan pembuluh halus yang dindingnya hanya setebal selapis sel. Pada pembuluh inilah terjadi pertukaran oksigen dari darah dengan karbondioksida jaringan.

Siklus jantung
Dalam kerja memompa darah, jantung berdenyut secara terus-menerus sejak embrio berumur 25 hari sampai seseorang meninggal dunia. Sekali denyut, mulai dari pemompaan darah hingga memompa berikutnya disebut siklus jantung. Secara sederhana siklus pemompaan darah oleh jantung berlangsung sebagai berikut:
1) otot jantung berelaksasi, semua klep jantung dalam keadaan menutup. Darah masuk kedalam atrium dari pembuluh balik.
2) klep berdaun tiga dan klep berdaun dua membuka. Darah mengalir dari serambi ke bilik. Aliran darah ini diperkuat oleh mengecilnya ruang serambi. Hal ini disebabkan oleh berkontraksinya dindin serambi.
3) dinding bilik berkontraksi. Bersamaan dengan itu, klep berdaun dua dan berdaun tiga menutup. Tetapi klep semilunaris membuka sehingga tekanan darah dalam bilik meningkat.
4) darah mengalir dengan kuat dari bilik menuju aorta. Bersamaan dengan ini dinding serambi mengembang sehingga darah masuk keserambi dari vena. Seluruh proses tersebut berlangsung kurang dari satu detik. Bila kita mendengarkan denyut jantung dengan stetoskop, suara detaknya terdengar ganda. Yang pertama adalah bersamaan dengan menutupnya klep antara serambi dan bilik, sedangkan yang kedua adalah bersamaan dengan menutupnya klep semilunaris.

Macam-Macam Peredaran Darah
Peredaran darah manusia merupakan peredaran darah tertutup karena darah yang dialirkan dari dan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan darah mengalir melewati jantung sebanyak dua kali sehingga disebut sebagai peredaran darah ganda yang terdiri dari:
1. Peredaran darah besar atau sistem sirkulatoria magna, yaitu peredaran darah dari jantung (bilik kiri) menuju keseluruh tubuh (kecuali paru-paru) dan kembali ke jantung (serambi kanan).
2. Peredaran darah kecil atau sirkulatoria parva, yaitu peredaran darah dari jantung (bilik kanan) menuju ke paru-paru kembali ke jantung (serambi kiri). Selain itu, ada juga sistem vena porta, yaitu vena dari suatu alat tubuh sebelum menuju ke jantung, mampir dulu ke suatu alat. Pada manusia adalah sistem vena porta hepatis, yaitu darah dari usus, sebelum ke jantung mampir dulu ke hati.

C.   Definisi Tromboflebitis
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis. (Smeltzer, 2001).
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Bekuan darah dapat terjadi di permukaan atau di dalam vena. Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah.

Tromflebitis superficialis (jempol kaki)
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis. (Smeltzer, 2001).
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Bekuan darah dapat terjadi di permukaan atau di dalam vena. Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah.

Trombosis Vena
Flebitis dapat terjadi di setiap vena tubuh, tetapi paling sering ditemukan di vena tungkai. Biasanya flebitis terjadi pada penderita varises (vena varikosa), tetapi tidak semua penderita varises mengalami flebitis. Flebitis superfisialis menyebabkan reaksi peradangan akut yang menyebabkan trombus melekat dengan kuat ke dinding vena dan jarang pecah dan terlepas. Vena permukaan tidak memiliki otot di sekitarnya yang bisa menekan dan membebaskan suatu trombus. Karena itu flebitis superfisialis jarang menyebabkan emboli.
Istilah trombosis vena lebih sering diartikan sebagai suatu keadaan penggumpalan darah yang terbentuk di dalam pembuluh darah, sedangkan tromboflebitis diartikan sebagai inflamasi yang disertai dengan pembentukan thrombus. Atau tromboflebitis dapat pula diartikan kondisi dimana terbentuk bekuan dalam vena sekunder akibat inflamasi atau trauma dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian. Pembentukan bekuan sehubungan dengan stasis aliran darah, abnormalitas dinding pembuluh darah, gangguan mekanisme pembekuan.

D. KLASIFIKASI
Tromboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:
a.       Pelvio tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena ialah vena ovarika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta yang terletak dibagian atas uterus; proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena renalis, sedangkan perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior. Peritonium selaput yang menutupi vena ovarika dekstra dapat mengalami inflamasi dan dapat menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan periapendistits. Perluasan infeksi dari vena uterina ialah ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum
b.      Tromboflebitis Femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena femarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum.
Komplikasi jarang terjadi, tapi ketika mereka terjadi mereka bisa serius. Komplikasi yang paling serius terjadi ketika bekuan darah dislodges, bepergian melalui hati dan occluding lebat jaringan kapiler paru-paru; ini adalah emboli paru-paru dan sangat mengancam nyawa. Gangguan ini berjalan secara cepat, dapat berlanjut menjadi emboli paru-paru yang berkemampuan menjadi komplikasi fatal.

Keadaan-Keadaan Khusus Tromboflebitis
1. Flebitis Migrans
Suatu keadaan yang menyangkut reaksi menyeluruh dari system vena karena berbagai etiologi yang menimbulkan gangguan dari vena.
Penyakit-penyakit yang umumnya berkaitan dengan gejala ini :
- Fase awal dari Beurger Disease
- Reaksi alergi (keadaan yang lebih dari gatal-gatal)
- Adanya malignitas (gejala adanya penyebaran hematogen)
- Penyakit Lupus
Tanda-tanda flebitis migrans :
- timbul gejala-gejala flebitis di satu segmen vena yang menghilang sendiri dengan meninggalkan bercak hitam/ kecoklatan.
- beberapa hari timbul lagi pada daerah vena yang lain, biasanya pada ekstremitas yang sama lagi.
- dapat disertai febris atau menggigil
- LED meningkat
2. Tromboflebitis Septik
Yaitu gejala-gejala tromboflebitis yang disertai pembentukan abces atau nanah pada tempat radang dan penyebaran secara hematogen. Timbul gejala-gejala sepsis : febris, menggigil dan memerlukan perawatan di Rumah Sakit.
Dalam menghadapu kasus seperti ini, diperlukan perawatan khusus dari berbagai segi : pemberian infus/cairan, antibiotika dosis tinggi, kortikosteroid dan cara-cara pengobatan sepsis lainnya.
3. Tromboflebitis vena dalam (Deep Vein Thrombophlebitis)
Yaitu kedaan flebitis dari vena-vena daerah vena femoralis, vena iliaka eksterna dan vena iliaka communis.

E. ETIOLOGI
Faktor penyebab terjadinya infeksi tromboflebitis antara lain :
a.
Pasca bedah, perluasan infeksi endometrium.
b. Mempunyai varises pada vena
Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka terdapatnya turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep (katup) vena merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa disertai reaksi radang primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding vena karena adanya varises sebelumnya, mempercepat proses keradangan. Dalam keadaan ini, maka dua factor utama : kelainan dinding vena dan melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya tromboplebitis.
c. Obesitas
Bila keadaan dehidrasi berat, koagulasi intravascular yang meluas ataupun infeksi sistemik dapat menimbulkan rangsangan untuk pathogenesis ini.
d. Pernah mengalami tromboflebitis
e. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu yang lama
f. Trauma
Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di tungkai) dalam jangka waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau pemberian obat yang iritan secara intra vena.
g. Adanya malignitas (karsinoma), yang terjadi pada salah satu segmen vena. Tumor-tumor intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatan aliran vena dari ekstremitas bawah, hingga terjadi rangsangan pada segmen vena tungkai.
h. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga. Kelainan jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula pada system aliran vena.

F.    PATOFISIOLOGI
Terjadinya thrombus :
a. Abnormalitas dinding pembuluh darah
Formasi trombus merupakan akibat dari statis vena, gangguan koagubilitas darah atau kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena lazim dialami oleh orang-orang yang imobilisasi maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Stasis vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil.


b. Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)
Hyperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan IMA juga mempermudah terjadinya trombosis. Infus intravena, banyak faktor telah dianggap terlibat dalam patogenesis flebitis karena infus intravena, antara lain:
(1) Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)
a. pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis tinggi. Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain kalium klorida, vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak obat khemoterapi.
b. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama pencampuran.
c. Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat dianjurkan untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L. Hindarkan vena pada punggung tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut
d. Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus, lebih thermoplastik dan lentur. Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau polietilen.
(2) Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi. (Kanula yang dimasukkan ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis mekanis. Ukuran kanula harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik).
(3) Agen infeksius.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:
a. Teknik pencucian tangan yang buruk
b. Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
c. Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.
d. Teknik aseptik tidak baik
e. Teknik pemasangan kanula yang buruk
f. Kanula dipasang terlalu lama
g. Tempat suntik jarang diinspeksi visual
c. Gangguan aliran darah


G.  MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang biasanya menyertai antara lain :
a. Pelvio tromboflebitis
1. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
·   Mengigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
·   Suhu badan naik turun secara tajam (36 oC menjadi 40 oC) yang diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis)
·   Penyaklit dapat langsung selama 1-3 bulan
3. Abses pada pelvis
4. Gambaran darah
·    Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia)
·   Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
5. Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.
6. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses, pneumonia), pada ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada persedian.

b. Trombofemoralis femoralis
  1. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
  2. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
·    Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
·    Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas
·    Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
·    Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
·    Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.
·    Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan meregangkan tendo akhiles(tanda homan positif)

H.   KOMPLIKASI
·        Komplikais pada paru-paru infark, abses, pneumonia
·        Komplikasi pada ginjal sinistra, yaitu nyeri mendadak yang diikuti dengan proteinuria dan hematuria
·        Komplikasi pada mata, persendian dan jaringan subkutan.

I.      PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pelvio tromboflebitis
1.      Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik aseptik yang baik.
2.      Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum
3.      Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum .
4.      Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.
b. Tromboflebitis femoralis
1.      Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah. Jauhkan tekanan dari daerah untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.
2.      Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan Pasien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
3.      Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
4.      Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
5.      Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
6.      Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
7.      Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
8.      Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki Pasien sehingga aliran darah tidak terhambat.
9.      Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
10.  Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.
11.  Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji pendarahan jika Pasien dalam terapi antikoagulan.
12.  Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
13.  Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
14.  Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
15.  Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi sub kutan Jelaskan kepada Pasien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah dilakukan.

Pola Pengobatan :
Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk mempercepat penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan trombus dan kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa hari.
Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam dan terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan pembedahan darurat guna mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara umum, pengobatan dapat mencakup sebagai berikut: Obat analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah pembentukan gumpalan baru, Trombolitik untuk melarutkan bekuan yang sudah ada, non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika infeksi hadir).

J. Asuhan Keperawatan Teoritis
 1. Pengkajian dasar data Pasien
1.1. Identifikasi Pasien
Nama pasien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
1.2. Riwayat Penyakit
Riwayat varises, hiperkoagulasi, penyakit neoplasma, penyakit kardiovaskuler, pembedahan mayor, resiko tinggi cedera, obesitas. Riwayat duduk lama, baik karena berhubungan dengan pekerjaan atau akibat dari pembatasan aktivitas. Imobilitas berkenaan dengan tirah baring dan anestesia.
1.3. Sirkulasi
a. Varises vena.
b. Sedikit peningkatan frekuansi nadi.
c. Riwayat trombosis vena sebelumnya, masalah jantung, hemoragi, hipertensi karena kehamilan, hiperkoagulasi pada puerperium dini.
d. Nadi perifer berkurang, tanda homan positif atau mungkin tidak terlihat.
e. Ekstremitas bawah mungkin hangat dan warna kemerahan atau tungkai sakit/ nyeri tungkai, dingin, pucat, udema.
Inspeksi tungkai mulai dari selangkangan kaki, perhatikan perbedaan antara keduanya. Palpasi, untuk menentukan daerah nyeri tekan dan thrombosis menggunakan 3 atau 4 jari.
f. Sering cek dari denyut nadi, tekanan darah, suhu (juga kenaikan suhu pada tungkai), kulit kondisi, dan sirkulasi mungkin diperlukan.
1.4. Makanan/cairan
Gejala:
  • Tindakan yang memerlukan duduk atau berdiri terlalu lama.
  • Imobilitas lama (contoh trauma ortopedik, tirah baring di rumah sakit lama, komplikasi kehamilan).
  • Nyeri karena aktivitas/ berdiri lama.
  • Lemah/ kelemahan pada kaki yang sakit.
Tanda:
  • Kelemahan umum atau ekstremitas.
1.5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala:
  • Berdenyut, nyeri tekan, makin nyeri bila berdiri atau bergerak (ekstremitas yang sakit)
 Tanda:
  • Melindungi ekstremitas yang sakit.
1.6. Keamanan
Gejala:
  • Riwayat cedera langsung atau tak langsung pada ekstremitas atau vena (contoh trauma mayor/ fraktur).
  • Adanya keganasan (khususnya pancreas, paru, sistem GI)
Tanda:
  • Demam, menggigil.
1.7. Seksualitas
- Multipara.
- Persalinan lama berkenaan dengan tekanan kepala janin pada vena – vena pelvis, penggunaan penjejak kaki atau posisi yang salah dari ekstremitas selama fase intrapartum atau kelahiran melalui operasi, termasuk kelahiran sesaria.
- Wanita pemakai kontrasepsi oral.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Hematikrit : Hemokonsentrasi (peningkatan Ht) potensial resiko pembentukan thrombus.
Pemeriksaan koagulasi : Dapat menyatakan hiperkoagulasi.
Pemeriksaan vaskuler noninvasive : Perubahan aliran darah dan identifikasi volume vena tersumbat, kerusakan vaskuler dan kegagalan vaskuler.
Tes Trendelenburg : Dapat menunjukkan tidak kompetennya pembuluh katub.
Venografi : Secara radiografi mematikan diagnosa melalui perubahan aliran darah dan ukuran saluran.
MRI : Dapat berguna mengkaji aliran turbulen darah dan gerakan, kompetensi vena katub.
(Dongoes E. Marylinn, 2000, hal 138-144).

3.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada penyakit Tromboflebitis ini adalah:
  • Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
  • Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah.
  • Kurangnya kebutuhan belajar berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
  • Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal.

4.      Rencana Asuhan Keperawatan




NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
·     Melaporkan nyeri hilang/ berkurang.
·     Menunjukkan tindakan rileks.
·     Mampu istirahat dengan baik.
·     Meningkatkan aktivitas.
Mandiri
·     Kaji derajat nyeri. Catat perilaku melindungi ekstremitas. Palpasi kaki dengan hati-hati.


·     Tinggikan ekstremitas yang sakit.

·     Dorong pasien untuk sering mengubah posisi.

·     Pantau tanda vital dan catat peninggian suhu.





·     Selidiki laporan nyeri dada tiba-tiba/ tajam, disertai dengan dispnea, takikardi dan ketakutan.
Kolaborasi
·     Berikan obat sesuai indikasi:
-        Analgesik (narkotik/ non narkotik)
-        Antipiterik , contoh asetiminofen.
·     Lakukan kompres panas pada ekstermitas, sesuai indikasi.

·     Derajat nyeri secara langsung berhubungan dengan luasnya kekurangan sirkulasi, proses inflamasi, derajat hipoksia, dan edema luas sehubungan dengan tebentuknya thrombus.
·     Menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan kontraksi otot dan gerakan.
·     Menurunkan/ mencegah kelemahan otot, membantu meminimalkan spasme otot.
·     Peninggian frekuensi jantung dapat menunjukkan peningkatan nyeri/ ketidaknyamanan atau terjadi respons terhadap demam atau proses inflamasi. Demam yang terjadi juga meningkatkan ketidaknyamanan pasien.
·     Tanda/ gejala ini menunjukkan adanya emboli paru sebagai akibat TVD.



-        Mengurangi nyeri dan menurunkan tegangan otot.
-        Menurunkan demam dan inflamasi.
·     Penyebab vasodilatasi yang meningkatkan sirkulasi dan merilekskan otot.

2.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah.
Menunjukkan perbaikan perfusi jaringan yang dibuktikan oleh warna kulit dan suhu normal.
Mandiri
·     Lihat ekstremitas untuk warna kulit dan perubahan suhu, juga edema (dari lipat paha sampai telapak kaki). Catat simetrisitas kaki, ukur dan catat lingkar betis. Laporkan kemajuan proksimal proses infamasi dan penyebaran nyeri.
·     Kaji ekstremitas untuk penonjolan vena yang jelas. Pelpasi (perlahan) untuk tegangan jaringan local, regangan kulit, ikatan/ tonjolan vena.
·     Kaji pengisian kapiler dan perikasa tanda human





·     Tingkatkan tirah baring selama fase akut.





·     Tinggikan kaki bila di tempat tidur atau duduk, sesuai indikasi. Secara periodic tinggikan kaki dan telapak kaki di atas tinggi jantung.

·     Lakukan latihan aktif atau pasif sementara di tempat tidur.



·     Peringatkan pasien untuk menghindari menyilang kaki atau hiperfleksi lutut (kaki menggantung atau menyilang).


·     Anjurkan pasien untuk menghindari pijatan/urut pada ekstremitas yang sakit.



Kolaborasi
·     Lakukan kompres hangat, basah atau panas pada ekstremitas yang sakit bila diindikasikan.
·     Berikan antikoagulan, contoh heparin, agen trombolitik, streptokinase dan urokinase.
·     Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : Protrombin, masa tromboplastin parsial, darah lengkap.
·     Lakukan stoking penekanan bertahap, bila diindikasikan.




·     Siapkan intervensi bedah bila diindikasikan.


·     .Gejala-gejala membantu pembedaan antara tromboflebitis superficial dan TVD. Kemerahan,panas, nyeri dan edema local adalah karakteristik inflamasi superficial.



·     Distensi vena superficial dapat terjadi pada TVD karena aliran balik melalui vena percabangan. Bukti tromboflebitis pada vena superficial dapat terlihat atau teraba.
·     Penurunan pengisian kapiler biasanya ada pada TVD. Tanda Homan positif (nyeri betis dalam pada kaki yang sakit pada posisi kaki dorsofleksi) tidak konsisten sebagai manifestasi klinis yang dapat atau tak ada.
·     Sampai pengobatan diselesaikan, pembatasan aktivitas menurunkan kebutuhan oksigen dan nutrisi pada ekstremitas yang sakit dan meminimalkan kemungkinan peyebaran thrombus/ pembentukan emboli.
·     Menurunkan pembengkakan jaringan dan pengosongan cepat vena superficial dan tibial, mencegah distensi berlebihan sehingga meningkatkan aliran darah vena.
·     Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan aliran balik vena dari ekstremitas yang rendah dan menurunkan stasis vena juga memperbaiki tonus otot umum/ regangan.
·     Pembatasan fisik terhadap sirkulasi mengganggu aliran darah dan meningkatkan stasis vena pada pelvis, popliteal dan pembuluh kaki jadi meningkatkan pembengkakan dan ketidaknyamanan.
·     Aktivitas ini potensial memecahkan/ menyebarkan thrombus, menyebabkan embolisasi dan meningkatkan resiko komplikasi.


·     Dapat dilakukan untuk meningkatkan vasodilatasi dan aliran balik vena dan perbaikan edema local.



·     Pantau terapi antikoagulan an adanya factor resiko.



·     Penekanan bertahap dengan alat dapat digunakan untuk memperbaiki aliran darah dan pengosongan pembuluh dengan memberikan tindakan pompa oto buatan
·     Eksisi thrombus kadang-kadang perlu bila inflamasi meluas secara proksimal atau sirkulasi terbatas sekali.
3.
Kurangnya kebutuhan belajar berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
·     Menyatakan pemahaman tentang penyakit, program pengobatan dan pembatasan.
·     Berpartisifasi dalam proses belajar.
·     Melakukan prosedur dengan benar dan dapat menjelaskan alas an tindakan.
Mandiri:
·     Kaji ulang patofisiologi kondisi dan tanda/ gejala kemungkinan komplikasi. Contoh emboli paru, kegagalan vena kronis dan luka stasis vena.
·     Jelaskan tujuan pembatasan aktivitas dan kebutuhan keseimbanganaktivitas/ tidak.


·     Adakan latihan/ program latihan yang tepat.




·     Selesaikan masalah factor pencetus yang mungkin ada. Contoh, tindakan yang memerlukan berdiri/ duduk lama, menggunakan baju ketat, penggunaan kontrasepsi oral, kegemukan, tirah baring lama, dehidrasi.
·     Diskusikan tujuan, dosis antikoagulan. Tekankan pentingnya meggunakan obat sesuai resep.

·     Identifikasi pencegahan keamanan, contoh menghindari objek tajam.
·     Kaji ulang kemungkinan interaksi obat dan tekankan perlunya label kandungan obat yang dijual belikan.
·     Identifikasikan efek antikoagualan selama memerlukan perhatian medis.

·     Tekankan pentingnya evaluasi medis/ tes laboratorium.


·     Anjurkan perawatan kulit ekstremitas bawah.

·     Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi dan memahami perawatan kesehatan.

·     Istirahat menurunkan kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan yang rusak dan menurunkan resiko pemecahan thrombus.

·     Membantu dalam mengembangkan sirkulasi kolateral, meningkatkan aliran balik vena dan mencegah kambuh.

·     Melibatkan pasien secara aktif dalam identifikasi dan melakukan perubahan pola hidup/ perilaku untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah kambuhnya kondisi/ terjadinya komplikasi.

·     Meningkatkan keamanan pasien dengan menurunkan resiko tidak adekuatnya respons perapeutik/ lambatnya efek samping.

·     Menurunkan resiko cedera traumatik.

·     Salisilat dan kelebihan alcohol menurunkan aktivitas pro trombin.

·     Deteksi dini kerusakan efek terapi memungkinkan intervensi berkala dan apat mencegah komplikasi serius.
·     Pemahaman bahwa pengawasan ketat terhadap terapi anti koagulan adalah perlu untuk meningkatkan partisifasi pasien.
·     Kongesti vena kronis dapat terjadi potensial resiko stasis luka/ infeksi.
4.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal.

·     Menunjukkan peningkatan kekuatanan fungsi sendi serta tungkai yang sakit.
Mandiri
·     Pertahankan tirah baring awal dengan sendi yang sakit pada posisi yang dianjurkan dan tubuh dalam kesejajaran.
·     Batasi penggunaan posisi semi Fowler/ tinggi, bila diindikasi.
·     Tinggikan ekstremitas bawah dengan meninggikan tinggi tempat tidur, bukan penyangga lutut. Batasi gerakan sesuai indikasi.
·     Inspeksi kulit, observasi area kemerahan.
·     Observasi pembatasan tepat berdasarkan sendi khusus, contoh hindari fleksi/ rotasi panggul dan fleksi atau hiperekstensi kaki, taai pembatasan beban badan, gunakan pengimobilisasi lutut sesuai indikasi.
·     Letakkan barang/ kebutuhan klien pada tempat yang mudah terjangkau.

·     Memberikan waktu stabilisai dan menurunkan resiko cedera.


·     Fleksi panggul lama apat meregangkan prostese baru.
·     Meningkatkan aliran darah vena untuk mencegah pembentukan edema berlebihan, dapat mencegah dislokasi psostese.

·     Mencegah iritasi/ kerusakan kulit.
·     Indikatif kelicinan prostese, memerlukan evaluasi/ intervensi medis.






·     Mengurangi aktivitas yang terlalu berat bagi klien.





 
 


 
 BAB III
TINJAUAN KASUS

A.   Kasus Pemicu Penyakit Tromboflebilitis
Ny.C usia 36 tahun bekerja sebagai pegawai Bank Swasta dikota Bekasi, Klien masuk ke RS.D dengan kecelakaan lalu lintas yang memaksa klien mengalami perawatan yang cukup lama di ruangan VIP Melati dikarenakan fraktur pada ekstremitas kanan atas dan kedua ekstermitas bawah klien. Saat ini klien terpasang gips di kedua ekstremitas bawah klien. Setelah lebih dari 8 hari klien mengalami perawatan, klien mengemukakan keluhan barunya yaitu klien mengatakan nyeri. Dibagian betis kanan belakang klien secara tampak mata terlihat adanya pembengkakan pada nadi. Nadi terlihat membiru/ keunguan dan jika diraba terasa nyeri.akibatnya kaki sebelah kanan klien jika teraba terasa dingin dan pucat bahkan saat dilakukan CRT, KPR > 3 detik. Setelah dikonsultasikan dengan dokter, diambil kesimpulan klien mengalami “Tromboflebilitis”. Untuk melengkapi diagnosa tersebut perawat F melakukan wawancara dan pengkajian terhadap Ny.C sehingga didapatkan data klien ada riwayat varises, klien menggunakan kontrasepsi oral (estrogen oral) dan yang paling jelas juga klien mengatakan dari keturunan ayah klien ada yang menderita Thalasemia (gangguan koagulasi darah).

B.   Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Identitas Klien
1)      Nama Klien      : Ny.C
2)      Usia                 : 36 tahun
3)      Agama             : Islam
4)      Alamat             : Bekasi
5)      Pendidikan       : -
6)      Pekerjaan         : Pegawai Bank Swasta
7)      Status marital    : Menikah
b.      Tanggal Masuk Rumah Sakit           : -
c.       Alasan Masuk Rumah Sakit            : Fraktur pada ekstremitas kanan atas dan kedua ekstremitas bawah.
d.      Riwayat Kesehatan
1)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny.C saat ini terpasang gips di kedua ekstremitas bawah. Klien mengalami pembengkakan pada nadi dan nadi terlihat membiru yang menimbulkan rasa nyeri.
2)      Riwayat Kesehatan Dahulu
Ny.C mempunyai riwayat varises. Klien menggunakan kontrasepsi oral (estrogen oral)
3)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari keturunan ayah klien ada yang menderita Thalasemia.

e.       Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
·        Ada pembengkakan pada nadi
·        Kaki kanan klien terasa dingin dan pucat
f.        Data Penunjang
KPR > 3 detik

2.      Analisa Data
Nama Pasien          : Ny.C
Usia                       : 36 tahun

NO
DATA
PENYEBAB
MASALAH
1.
DS:
·     Klien mengatakan nyeri dibagian betis kanan belakang.
DO:
·     Tampak adanya pembengkakan pada nadi.
·     Skala nyeri 6
Proses implemasi.
Nyeri
2.
DS:
·     Klien mengatakan pusing.
DO:
·     Klien mengalami fraktur pada kedua ekstremitas bawah.
·     Klien terpasang gips di kedua ekstremitas bawah.
·     Tampak adanya pembengkakan pada nadi.
·     Nadi terlihat membiru
·     Kaki sebelah kanan klien teraba dingin dan pucat.
·     KRV > 3 detik.
Penurunan aliran darah.
Kerusakan perfusi jaringan.
3.
DS:
·     Klien mengatakan tidak nyaman dengan kondisi kakinya karena fraktur.
DO:
·     Klien mengalami fraktur pada kedua ekstremitas bawah.
Gangguan nuskuloskeletal.
Kerusakan mobilitas fisik.

3.      Diagnosa Keperawatan
Nama Pasien          : Ny.C
Umur                      : 36 tahun

§     Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan :
DS:
-        Klien mengatakan nyeri dibagian betis kanan belakang
DO:
-        Tampak adanya pembengkakan pada nadi
-        Skala nyeri 6
§         Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah ditandai dengan :
DS:
-        Klien mengatakan pusing.
DO:
-        Klien mengalami fraktur pada kedua ekstremitas bawah
-        Klien terpasang gips di kedua ekstremitas bawah
-        Tampak adanya pembengkakan pada nadi
-        Nadi terlihat membiru
-        Kaki sebelah kanan klien teraba dingin dan pucat
-        KRV > 3 detik
§     Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal ditandai dengan :
DS:
-        Klien mengatakan tidak nyaman dengan kondisi kakinya karena fraktur.
DO:
-        Klien mengalami fraktur pada kedua ekstremitas bawah






 4.  Rencana Asuhan Keperawatan
Nama Pasien          : Ny.C
Umur                      : 36 tahun

NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan :
DS:
·     Klien mengatakan nyeri dibagian betis kanan belakang
·     Skala nyeri 6
DO:
·     Tampak adanya pembengkakan pada nadi
·     Melaporkan nyeri hilang/ berkurang.
·     Menunjukkan tindakan rileks.
·     Mampu istirahat dengan baik.
·     Meningkatkan aktivitas.
Mandiri
·     Kaji derajat nyeri. Catat perilaku melindungi ekstremitas. Palpasi kaki dengan hati-hati.


·     Tinggikan ekstremitas yang sakit.

·     Dorong pasien untuk sering mengubah posisi.

·     Pantau tanda vital dan catat peninggian suhu.





·     Selidiki laporan nyeri dada tiba-tiba/ tajam, disertai dengan dispnea, takikardi dan ketakutan.
Kolaborasi
·     Berikan obat sesuai indikasi:
-        Analgesik (narkotik/ non narkotik)
-        Antipiterik , contoh asetiminofen.
·     Lakukan kompres panas pada ekstermitas, sesuai indikasi.

·     Derajat nyeri secara langsung berhubungan dengan luasnya kekurangan sirkulasi, proses inflamasi, derajat hipoksia, dan edema luas sehubungan dengan tebentuknya thrombus.
·     Menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan kontraksi otot dan gerakan.
·     Menurunkan/ mencegah kelemahan otot, membantu meminimalkan spasme otot.
·     Peninggian frekuensi jantung dapat menunjukkan peningkatan nyeri/ ketidaknyamanan atau terjadi respons terhadap demam atau proses inflamasi. Demam yang terjadi juga meningkatkan ketidaknyamanan pasien.
·     Tanda/ gejala ini menunjukkan adanya emboli paru sebagai akibat TVD.



-        Mengurangi nyeri dan menurunkan tegangan otot.
-        Menurunkan demam dan inflamasi.
·     Penyebab vasodilatasi yang meningkatkan sirkulasi dan merilekskan otot.

2.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah ditandai dengan :
DS:
·     Klien mengatakan pusing.
DO:
·     Klien mengalami fraktur pada kedua ekstremitas bawah.
·     Klien terpasang gips di kedua ekstremitas bawah.
·     Nadi terlihat membiru.
·     Kaki sebelah kanan klien teraba dingin dan pucat.
·     KRV > 3 detik.
Menunjukkan perbaikan perfusi jaringan yang dibuktikan oleh warna kulit dan suhu normal.
Mandiri
·     Lihat ekstremitas untuk warna kulit dan perubahan suhu, juga edema (dari lipat paha sampai telapak kaki). Catat simetrisitas kaki, ukur dan catat lingkar betis. Laporkan kemajuan proksimal proses infamasi dan penyebaran nyeri.
·     Kaji ekstremitas untuk penonjolan vena yang jelas. Pelpasi (perlahan) untuk tegangan jaringan local, regangan kulit, ikatan/ tonjolan vena.
·     Kaji pengisian kapiler dan perikasa tanda human





·     Tingkatkan tirah baring selama fase akut.





·     Tinggikan kaki bila di tempat tidur atau duduk, sesuai indikasi. Secara periodic tinggikan kaki dan telapak kaki di atas tinggi jantung.

·     Lakukan latihan aktif atau pasif sementara di tempat tidur.



·     Peringatkan pasien untuk menghindari menyilang kaki atau hiperfleksi lutut (kaki menggantung atau menyilang).


·     Anjurkan pasien untuk menghindari pijatan/urut pada ekstremitas yang sakit.



Kolaborasi
·     Lakukan kompres hangat, basah atau panas pada ekstremitas yang sakit bila diindikasikan.
·     Berikan antikoagulan, contoh heparin, agen trombolitik, streptokinase dan urokinase.
·     Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : Protrombin, masa tromboplastin parsial, darah lengkap.
·     Lakukan stoking penekanan bertahap, bila diindikasikan.




·     Siapkan intervensi bedah bila diindikasikan.


·     .Gejala-gejala membantu pembedaan antara tromboflebitis superficial dan TVD. Kemerahan,panas, nyeri dan edema local adalah karakteristik inflamasi superficial.



·     Distensi vena superficial dapat terjadi pada TVD karena aliran balik melalui vena percabangan. Bukti tromboflebitis pada vena superficial dapat terlihat atau teraba.
·     Penurunan pengisian kapiler biasanya ada pada TVD. Tanda Homan positif (nyeri betis dalam pada kaki yang sakit pada posisi kaki dorsofleksi) tidak konsisten sebagai manifestasi klinis yang dapat atau tak ada.
·     Sampai pengobatan diselesaikan, pembatasan aktivitas menurunkan kebutuhan oksigen dan nutrisi pada ekstremitas yang sakit dan meminimalkan kemungkinan peyebaran thrombus/ pembentukan emboli.
·     Menurunkan pembengkakan jaringan dan pengosongan cepat vena superficial dan tibial, mencegah distensi berlebihan sehingga meningkatkan aliran darah vena.
·     Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan aliran balik vena dari ekstremitas yang rendah dan menurunkan stasis vena juga memperbaiki tonus otot umum/ regangan.
·     Pembatasan fisik terhadap sirkulasi mengganggu aliran darah dan meningkatkan stasis vena pada pelvis, popliteal dan pembuluh kaki jadi meningkatkan pembengkakan dan ketidaknyamanan.
·     Aktivitas ini potensial memecahkan/ menyebarkan thrombus, menyebabkan embolisasi dan meningkatkan resiko komplikasi.


·     Dapat dilakukan untuk meningkatkan vasodilatasi dan aliran balik vena dan perbaikan edema local.



·     Pantau terapi antikoagulan an adanya factor resiko.



·     Penekanan bertahap dengan alat dapat digunakan untuk memperbaiki aliran darah dan pengosongan pembuluh dengan memberikan tindakan pompa oto buatan
·     Eksisi thrombus kadang-kadang perlu bila inflamasi meluas secara proksimal atau sirkulasi terbatas sekali.
3.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal ditandai dengan :
DS:
·     Klien mengatakan tidak nyaman dengan kondisi kakinya karena fraktur.
DO:
·     Klien mengalami fraktur pada kedua ekstremitas bawah

·     Menunjukkan peningkatan kekuatanan fungsi sendi serta tungkai yang sakit.
Mandiri
·     Pertahankan tirah baring awal dengan sendi yang sakit pada posisi yang dianjurkan dan tubuh dalam kesejajaran.
·     Batasi penggunaan posisi semi Fowler/ tinggi, bila diindikasi.
·     Tinggikan ekstremitas bawah dengan meninggikan tinggi tempat tidur, bukan penyangga lutut. Batasi gerakan sesuai indikasi.
·     Inspeksi kulit, observasi area kemerahan.
·     Observasi pembatasan tepat berdasarkan sendi khusus, contoh hindari fleksi/ rotasi panggul dan fleksi atau hiperekstensi kaki, taai pembatasan beban badan, gunakan pengimobilisasi lutut sesuai indikasi.
·     Letakkan barang/ kebutuhan klien pada tempat yang mudah terjangkau.

·     Memberikan waktu stabilisai dan menurunkan resiko cedera.


·     Fleksi panggul lama apat meregangkan prostese baru.
·     Meningkatkan aliran darah vena untuk mencegah pembentukan edema berlebihan, dapat mencegah dislokasi psostese.

·     Mencegah iritasi/ kerusakan kulit.
·     Indikatif kelicinan prostese, memerlukan evaluasi/ intervensi medis.






·     Mengurangi aktivitas yang terlalu berat bagi klien.








  1. Implementasi Keperawatan
Nama Pasien    : Ny.C
Umur                : 36 tahun
NO
Hari/ Tanggal
Diagnosa Keperawatan
Catatan Keperawatan
Paraf
1.
10 Oktober 2010
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah.
1.   Mengkaji derajat nyeri dan perilaku klien untuk melindungi ekstremitas.
2.   Meninggikan ekstremitas yang sakit dengan meninggikan tempat tidur.
3.   Menganjurkan klien untuk sering mengubah posisi.
4.   Menghitung tanda-tanda vital.
5.   Berkolaborasi dalam memberikan obat analgesik dan antipiretik.
6.   Melakukan kompres panas pada ekstremitas.


2.
10 Oktober 2010
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah.
1.   Mengkaji kulit klien untuk melihat adanya sianosis maupun pucat.
2.   Mencatat simetrisitas kaki, ukur dan catat lingkar betis.
3.   Meninggikan kaki bila di tempat tidur atau duduk, sesuai indikasi.
4.   Memperingatkan pasien untuk menghindari menyilang kaki atau hiperfleksi lutut (kaki menggantung atau menyilang).
5.   Menganjurkan pasien untuk menghindari pijatan/urut pada ekstremitas yang sakit.
6.   Melakukan kompres hangat, basah atau panas pada ekstremitas yang sakit bila diindikasikan.
7.   Berkolaborasi memberikan antikoagulan, contoh heparin, agen trombolitik, streptokinase dan urokinase.

3.
10 Oktober 2010
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal.
1.   Memprtahankan tirah baring awal dengan sendi yang sakit pada posisi yang dianjurkan dan tubuh dalam kesejajaran.
2.   Membatasi penggunaan posisi seni Fowler/ tinggi, bila diindikasi.
3.   Meninggikan ekstremitas bawah dengan meninggikan tinggi tempat tidur, bukan penyangga lutut.
4.   Menginspesi kulit, observasi adanya kemerahan.
5.   Meletakkan barang/ benda yang menjadi kebutuhan klien di tempat yang mudah terjangkau.



















































































5.  Evaluasi Asuhan Keperawatan
Nama Klien            : Ny.C
Umur                      : 36 tahun

NO
Hari/ Tanggal
Diagnosa Keperawatan
Catatan Perkembangan
(SOAP)
Paraf
1.
11 Oktober 2010
Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
S: Klien mengatakan nyerinya berkurang.
O:
-    Skala nyeri 5
-    Pembengkakan pada nadi berkurang
A: Masalah keperawatan nyeri teratasi sebagian.
P: Intervensi dilanjutkan.
1.      Mengkaji derajat nyeri dan perilaku klien untuk melindungi ekstremitas.
2.      Menghitung tanda-tanda vital.
3.      Berkolaborasi dalam memberikan obat analgesik dan antipiretik.
4.      Melakukan kompres panas pada ekstremitas.


2.
11 Oktober 2010
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah.
S: Klien mengatakan pusingnya berkurang.
O:
-    Warna biru pada nadi tampak berkurang.
-    Kaki sebelah kanan klien masih teraba dingin dan pucat.
-    KRV 4 detik.
A: Masalah keperawatan gangguan perfusi jaringan teratasi sebagian.
P:  Intervensi dilanjutkan.
1.      Mengkaji kulit klien untuk melihat adanya sianosis maupun pucat.
2.      Mencatat simetrisitas kaki, ukur dan catat lingkar betis.
3.      Memperingatkan pasien untuk menghindari menyilang kaki atau hiperfleksi lutut (kaki menggantung atau menyilang).
4.      Menganjurkan pasien untuk menghindari pijatan/urut pada ekstremitas yang sakit.
5.      Melakukan kompres hangat, basah atau panas pada ekstremitas yang sakit bila diindikasikan.
6.      Berkolaborasi memberikan antikoagulan, contoh heparin, agen trombolitik, streptokinase dan urokinase.

3.
11 Oktober 2010
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal.
S: Klien tampak mulai menerima kondisinya.
O:
-    Kekuatan fungsi sendi dan tungkai masih belum baik.
A: Masalah keperawatan elum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan.
1.      Batasi penggunaan posisi semi Fowler/ tinggi, bila diindikasi.
2.      Tinggikan ekstremitas bawah dengan meninggikan tinggi tempat tidur, bukan penyangga lutut.
3.      Inspeksi kulit, observasi area kemerahan.
4.      Letakkan barang/ kebutuhan klien pada tempat yang mudah terjangkau.


  























































































BAB IV
PENUTUP


A. KESIMPULAN
Ny.C usia 36 tahun bekerja sebagai pegawai Bank Swasta dikota Bekasi, Klien masuk ke RS.D dengan kecelakaan lalu lintas yang memaksa klien mengalami perawatan yang cukup lama di ruangan VIP Melati dikarenakan fraktur pada ekstremitas kanan atas dan kedua ekstermitas bawah klien. Saat ini klien terpasang gips di kedua ekstremitas bawah klien. Setelah lebih dari 8 hari klien mengalami perawatan, klien mengemukakan keluhan barunya yaitu klien mengatakan nyeri. Dibagian betis kanan belakang klien secara tampak mata terlihat adanya pembengkakan pada nadi. Nadi terlihat membiru/ keunguan dan jika diraba terasa nyeri.akibatnya kaki sebelah kanan klien jika teraba terasa dingin dan pucat bahkan saat dilakukan CRT, KPR > 3 detik. Setelah dikonsultasikan dengan dokter, diambil kesimpulan klien mengalami “Tromboflebilitis”. Untuk melengkapi diagnosa tersebut perawat F melakukan wawancara dan pengkajian terhadap Ny.C sehingga didapatkan data klien ada riwayat varises, klien menggunakan kontrasepsi oral (estrogen oral) dan yang paling jelas juga klien mengatakan dari keturunan ayah klien ada yang menderita Thalasemia (gangguan koagulasi darah).
Setelah dibuat pengkajian dan asuhan keperawatan terhadap kasus penyakit Tromboflebitis yang dideria oleh Ny.C, maka masalah keperawatan yang dapat diangkat adalah nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah dan kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal. Implementasi yang dilakukan dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat berdasarkan masah keperawatan yang timbul adalah mengupayakan agar nyeri hilang/ berkurang, Ny.C dapat rileks dan nyaman,




B. SARAN
Setelah mempelajari dan memahami secara lebih dalam tentang konsep dan gambaram umum serta Asuhan Keperawatan dari penyakit Tromboflebitis diharapkan mahasiswa mampu mengapresiasikan apa yang telah dipelajari dan diperolehnya dengan menerapkannya langsung melalui praktik di lapangan terhadap pasien dengan penyakit Tromboflebitis dalam rangka memberikan Asuhan Keperawatan yang kompetitif dan terarah sehingga dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang mebutuhkannya.
Namun semua itu tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya didikan dan bimbingan dari para pembimbing, baik pembimbing akademik maupun pembimbing dari lapangan. Dorongan dan motivasi sangat diharapkan olh setiap mahasiswa. Baik itu yang bersifat moril maupun materil, sehingga mahasiswa dapat menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab sebagaimana mestinya.


















DAFTAR PUSTAKA


·        Doenges, Marylynn E., dkk., 2001. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, Jakarta: EGC.
·        Pearce, Evelyn C, 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta: PT Gramedia.
·        Brunner and Sudarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Ed. 8, Vol. 2, Jakarta: EGC.